Meski Malang kini dikenal dengan kafe kekinian dan kuliner modern, ternyata ada sederet jajanan pasar yang mulai langka di Malang. Jajanan ini dulu mudah ditemukan di pasar tradisional seperti Pasar Besar, Pasar Oro-oro Dowo, atau Pasar Bunulrejo.
Tapi, seiring perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup masyarakat, banyak di antaranya yang kini hanya bisa kamu temukan di acara hajatan, pasar mingguan, atau bahkan pesanan khusus.
Kalau kamu pencinta kuliner tradisional dan ingin menelusuri cita rasa masa lalu, jajanan berikut bisa jadi nostalgia yang sayang dilewatkan.
Sudah Pernah Coba? Inilah 3 Jajanan Pasar yang Mulai Langka di Malang
Daftar Isi
Mendol Tempe
Mendol tempe adalah jajanan khas Malang yang dibuat dari tempe yang sudah agak lama (tempe semangit) lalu dihancurkan, dibumbui, dan digoreng hingga kecokelatan. Aroma khasnya berasal dari fermentasi tempe yang sedikit menyengat namun menggugah selera.
Dulu, mendol menjadi lauk wajib dalam nasi pecel atau nasi jagung. Kini, mendol makin sulit ditemukan karena proses pembuatannya membutuhkan kejelian rasa dan tekstur, tidak sekadar tempe digoreng. Penjual yang bisa membuat mendol autentik khas Malang pun makin jarang.
Kalau beruntung, kamu bisa menemukannya di warung pecel di sekitar daerah Tlogomas atau di pasar tradisional Oro-oro Dowo pada pagi hari. Rasanya gurih, pedas, dan sedikit smokey, mengingatkan kita pada cita rasa tempo dulu yang sederhana tapi berkarakter.
Baca juga: Menjelajahi 4 Pusat Kerajinan Tangan Khas Malang yang Sarat Nilai Budaya
Nasi Jagung
Bagi masyarakat Malang tempo dulu, nasi jagung bukan sekadar makanan alternatif, melainkan bagian dari tradisi. Beras jagung atau “sego ampok” ini dulunya jadi makanan pokok di pedesaan. Nasi jagung disajikan dengan urap sayur, ikan asin, sambal tomat, dan kadang ditemani mendol atau tahu goreng.
Tapi kini, nasi jagung mulai jarang dijual di warung biasa. Sebagian besar orang lebih memilih nasi putih atau makanan cepat saji yang dianggap lebih praktis. Padahal, nasi jagung kaya serat dan lebih menyehatkan.
Kalau kamu ingin mencicipinya, kamu bisa menuju beberapa warung tradisional di daerah Pakisaji atau Turen yang masih mempertahankan menu ini. Rasanya lembut tapi sedikit kasar di lidah, dengan aroma jagung yang khas dan mengenyangkan.
Nasi jagung bukan hanya makanan, tapi juga cerita tentang kesederhanaan dan ketahanan masyarakat Malang zaman dulu, kisah yang kini perlahan memudar.
Baca juga: 7 Barang Wajib Bawa Saat Naik Kendaraan Umum, Biar Perjalananmu Nyaman
Jadah Malang
Jadah Malang adalah jajanan berbahan dasar ketan putih yang ditumbuk halus lalu dikukus bersama santan dan sedikit garam. Teksturnya kenyal dan lengket, mirip lontong, tapi lebih gurih dan padat. Biasanya jadah disajikan dengan parutan kelapa atau tempe bacem, dan sering dijadikan kudapan saat kumpul keluarga.
Kini, jajanan ini sudah jarang terlihat di pasar tradisional. Banyak orang lebih memilih jajanan modern seperti lemper atau risol, yang dianggap lebih “praktis” dan menarik secara tampilan. Padahal, jadah memiliki filosofi kebersamaan, lengketnya ketan melambangkan eratnya hubungan antarsesama.
Beberapa desa wisata di sekitar Malang, seperti di Tumpang atau Dau, kadang masih menyajikan jadah dalam acara adat. Kalau kamu ingin mencobanya, datanglah pagi-pagi ke pasar desa atau carilah penjual tradisional yang masih membuatnya dengan cara manual.
Kamu bisa mengandalkan Nahwa Travel Malang Juanda, penyedia layanan travel Surabaya Malang dan travel Juanda Malang yang sudah terpercaya. Dengan armada yang bersih, sopir profesional, serta jadwal fleksibel, Nahwa Travel siap mengantarkanmu menjelajahi setiap sudut kuliner tradisional di Malang tanpa repot mengatur transportasi sendiri.
Nikmati perjalanan yang praktis, nyaman, dan penuh cerita bersama Nahwa Travel, karena setiap perjalanan ke Malang selalu punya rasa yang tak tergantikan. Pesan sekarang di Nahwa Travel dan rasakan pengalaman perjalanan yang lebih mudah dan menyenangkan!
