Kalau kamu berpikir Malang cuma terkenal karena wisata alam dan kulinernya, kamu perlu tahu bahwa kota ini juga kaya akan budaya yang masih lestari hingga sekarang.
Di berbagai daerahnya, masih banyak tradisi unik Malang saat perayaan tertentu yang dilakukan turun-temurun. Tradisi ini bukan hanya bentuk hiburan, tetapi juga sarat makna spiritual, sosial, dan filosofis yang menggambarkan kehidupan masyarakat Malang.
Yuk, kenali lebih dalam lima tradisi unik ini yang masih terus dijaga oleh warga Malang sampai sekarang!
5 Tradisi Unik Malang Saat Perayaan Tertentu yang Cerminkan Kearifan Lokal
Daftar Isi

Sedekah Bumi di Tumpang dan Wajak
Tradisi pertama yang paling melekat dengan masyarakat pedesaan di Malang adalah Sedekah Bumi. Dua daerah yang terkenal masih rutin melaksanakan upacara ini adalah Tumpang dan Wajak.
Biasanya, Sedekah Bumi digelar setelah musim panen sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah. Warga membawa hasil pertanian seperti padi, sayur, buah, dan umbi-umbian ke balai desa atau tempat terbuka.
Setelah itu, dilakukan doa bersama dan dilanjutkan makan besar bersama-sama. Suasananya sangat meriah karena diiringi dengan kesenian tradisional, seperti jaranan atau wayang kulit.
Tradisi ini bukan hanya pesta rakyat, tapi juga simbol kerukunan dan rasa terima kasih terhadap alam. Melalui Sedekah Bumi, masyarakat belajar untuk tidak serakah dan selalu menjaga keseimbangan dengan lingkungan.
Baca juga: Rekomendasi 5 Desa Wisata dengan Suasana Asri di Jawa Timur untuk Liburan Tenang
Grebeg Suro
Saat memasuki bulan Suro dalam penanggalan Jawa, masyarakat Malang punya tradisi yang disebut Grebeg Suro. Perayaan ini biasanya digelar pada malam 1 Suro atau bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Islam.
Dalam acara ini, warga melakukan kirab budaya, doa bersama, dan malam tirakatan untuk introspeksi diri. Di beberapa daerah, seperti Turen dan Kepanjen, kamu bisa menemukan arak-arakan obor, tumpeng, dan sesaji menuju tempat sakral.
Masyarakat percaya malam Suro adalah waktu yang suci untuk menenangkan batin dan memulai tahun baru dengan hati bersih. Grebeg Suro memperlihatkan betapa masyarakat Malang masih memegang erat nilai-nilai spiritual di tengah kehidupan modern.
Kupatan
Setelah Hari Raya Idul Fitri, ada satu tradisi menarik yang juga masih lestari di Malang, yaitu Kupatan. Biasanya dilakukan tujuh hari setelah Lebaran, momen ini dikenal juga sebagai “Lebaran Ketupat”.
Masyarakat berkumpul di rumah tetangga atau di balai desa sambil membawa ketupat dan lauk khas, seperti opor ayam, sambal goreng ati, serta lontong sayur. Acara ini bukan hanya makan-makan, tapi juga menjadi ajang silaturahmi dan saling memaafkan antarwarga.
Di beberapa daerah seperti Singosari dan Pakisaji, tradisi Kupatan juga diisi dengan lomba rakyat, hiburan, dan arak-arakan anak-anak. Suasananya hangat dan penuh tawa, menjadikan Kupatan sebagai tradisi unik Malang saat perayaan tertentu yang mempererat rasa persaudaraan.
Grebeg Tirto Aji Yadya Kasada
Kalau kamu suka suasana mistis dan spiritual, kamu pasti tertarik dengan tradisi Grebeg Tirto Aji Yadya Kasada. Tradisi ini masih dilakukan oleh masyarakat Suku Tengger yang tinggal di sekitar lereng Gunung Bromo dan sebagian wilayah Kabupaten Malang bagian timur.
Grebeg Tirto Aji berarti penghormatan terhadap sumber air, sedangkan Yadya Kasada adalah upacara adat yang diadakan setiap bulan Kasada dalam kalender Jawa.
Dalam prosesi ini, warga membawa hasil bumi, hewan ternak, serta bunga-bungaan untuk dilarung ke kawah Bromo sebagai bentuk syukur kepada Sang Hyang Widi atas keberkahan hidup.
Baca juga: 8 Cara Menghindari Macet Saat Liburan Panjang, Hemat Waktu
Bersih Desa di Gunung Ronggo, Tajinan
Tradisi terakhir yang nggak kalah menarik adalah Bersih Desa di kawasan Gunung Ronggo, Kecamatan Tajinan. Acara ini biasanya digelar setiap tahun setelah musim panen, dengan tujuan untuk membersihkan lingkungan dan memohon keselamatan bagi seluruh warga.
Ritual dimulai dengan doa bersama di balai desa, dilanjutkan dengan arak-arakan hasil bumi dan tumpeng. Setelah itu, warga melakukan gotong royong membersihkan jalan, sungai, dan area makam leluhur.
Selain sebagai simbol kebersihan lahir batin, Bersih Desa juga mempererat hubungan sosial antarwarga. Dalam suasana yang penuh kebersamaan, masyarakat Tajinan menunjukkan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas warga Malang.
Kalau kamu berencana berkunjung dan ingin menyaksikan langsung tradisi-tradisi tersebut, pastikan perjalananmu nyaman dan bebas ribet. Gunakan layanan Nahwa Travel Surabaya, penyedia travel Malang Surabaya dan travel Malang Juanda dengan armada yang nyaman, jadwal fleksibel, serta layanan profesional.
Bersama Nahwa Travel, kamu bisa menjelajahi pesona budaya Malang dengan tenang dan pengalaman yang tak terlupakan. Yuk, pesan sekarang!