2 Jejak Peninggalan Jepang di Malang yang Masih Tersisa dan Tercatat

Kalau kamu menyukai wisata sejarah, Malang bukan hanya soal hawa sejuk dan kuliner enak. Kota ini juga menyimpan banyak peninggalan masa penjajahan, termasuk dari masa pendudukan Jepang.

Di balik bangunan-bangunan tua dan kawasan bersejarahnya, ada kisah-kisah menarik yang menggambarkan betapa strategisnya posisi Malang saat itu.

Beberapa jejak peninggalan Jepang di Malang masih bisa kamu lihat hingga sekarang, bahkan sebagian masih difungsikan atau dilestarikan. Berikut tiga di antaranya yang paling menarik untuk kamu kunjungi.

2 Jejak Peninggalan Jepang di Malang yang Masih Tersisa dan Tercatat

2 Jejak Peninggalan Jepang di Malang yang Masih Tersisa dan Tercatat
2 Jejak Peninggalan Jepang di Malang yang Masih Tersisa dan Tercatat

Menara Garling

Di antara deretan bangunan di Jalan Nusakambangan, Kelurahan Kasin, berdiri sebuah menara tua yang kini nyaris tersembunyi di balik rumah-rumah warga.

Warga sekitar menyebutnya Menara Garling, singkatan dari Gardu Seruling. Menara ini dibangun oleh tentara Jepang sekitar tahun 1942, ketika mereka mulai menduduki wilayah Malang selama masa Perang Dunia II.

Fungsi menara ini dulu sangat vital. Garling digunakan sebagai alat peringatan dini jika ada serangan udara dari musuh. Sirinenya akan meraung keras, memberi tanda kepada tentara dan warga sekitar untuk bersiap menghadapi bahaya.

Sistemnya bisa dijalankan secara manual dengan memutar alat seruling di puncak menara, atau secara elektrik jika aliran listrik tersedia.

Baca juga: 8 Tips Aman Solo Traveling di Jawa Timur, Jadi Tetap Seru

Menara Garling bukan hanya satu. Konon, ada delapan titik di seluruh penjuru Kota Malang, mulai dari Jalan Tenes, Jalan Lembang, Jalan Ahmad Yani, hingga sekitar RS Saiful Anwar.

Tapi kini, sebagian besar sudah hilang atau berubah fungsi. Hanya beberapa yang masih tegak berdiri, termasuk di Jalan Nusakambangan yang kondisinya masih bisa disaksikan, meski sudah dihimpit bangunan modern.

Di balik bentuknya yang sederhana, Garling menyimpan kisah besar. Ia adalah simbol kesiagaan dan kekuatan militer Jepang saat itu, namun juga menjadi saksi bisu pergantian kekuasaan dari Belanda ke tangan Jepang.

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada tahun 1945, sirine-sirine Garling perlahan terdiam, menyisakan kenangan masa perang yang membekas di ingatan warga tua Malang.

Kuil Ching Nan Jinja

Berbeda dengan Garling yang masih bisa kamu lihat fisiknya, peninggalan Jepang yang satu ini kini hanya tersisa dalam jejak dan cerita. Namanya Ching Nan Jinja, sebuah kuil Shinto megah yang pernah berdiri di lahan yang kini menjadi Taman Makam Pahlawan (TMP) Suropati, di Jalan Veteran, Kota Malang.

Kuil ini dibangun pada tahun 1943, di masa ketika Jepang tengah berada di puncak kekuasaan di Asia Timur. Dalam kepercayaan Shinto, Jinja adalah tempat suci bagi roh-roh atau dewa pelindung.

Maka, pembangunannya dilakukan dengan penuh kehormatan. Arsitekturnya terbuat dari kayu jati pilihan, lengkap dengan gerbang torii merah menyala khas Jepang.

Menurut sejarawan komunitas History Fun Walk Malang, Hannu Ayodya Mamola, pembangunan Ching Nan Jinja bukan proyek kecil. Ia dirancang megah, menandakan betapa pentingnya peran spiritual bagi bangsa Jepang, bahkan di tanah jajahan.

Saat peresmiannya, acara digelar besar-besaran. Ada arak-arakan dari Stadion Gajayana menuju kuil, diiringi pertunjukan seni dan bahkan pertandingan sumo.

Baca juga: 8 Agenda Festival Budaya Tahunan di Malang yang Selalu Dinanti Wisatawan

Tapi, kuil ini bukan tempat ibadah umum. Ia hanya diperuntukkan bagi tentara Jepang dan warga sipil Jepang yang tinggal di Malang. Rakyat pribumi tidak diperbolehkan masuk. Mungkin karena itulah, ingatannya kini terasa asing di telinga banyak orang Malang modern.

Ketika Jepang kalah perang dan harus menyerah kepada Sekutu tahun 1945, mereka tahu Belanda akan kembali. Daripada tempat suci mereka dinodai, Jepang memutuskan untuk membakar kuil itu sendiri, dihancurkan hingga tak bersisa.

Kini, di tempat yang sama berdiri Taman Makam Pahlawan Suropati, tempat peristirahatan terakhir para pejuang Indonesia. Yang tersisa dari Ching Nan Jinja hanyalah barisan pohon cemara di sisi utara TMP, dipercaya sebagai sisa lanskap kuil yang dulu megah.

Bagi kamu yang menyukai wisata sejarah spiritual, kisah tentang kuil ini bisa menjadi bahan refleksi menarik, tentang bagaimana perang tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga warisan budaya dan spiritual yang mendalam.

Kalau kamu tertarik menelusuri jejak peninggalan Jepang di Malang, pastikan perjalananmu nyaman dan efisien. Untuk urusan transportasi, kamu bisa mengandalkan nahwatravel.co.id yang menawarkan layanan travel Malang Surabaya dan travel Malang Juanda dengan armada bersih, sopir profesional, dan jadwal keberangkatan fleksibel.

Pesan perjalananmu sekarang di Nahwa Travel dan nikmati pengalaman wisata yang aman, nyaman, dan menyenangkan! Jadi, kapan kamu siap berpetualang menelusuri jejak masa lalu kota Malang?