Jika kamu tertarik dengan wisata sejarah, menelusuri bangunan kolonial di pusat kota Malang bisa jadi pengalaman yang tak terlupakan. Kota Malang memiliki deretan bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri megah hingga kini, mencerminkan perpaduan keindahan arsitektur Eropa dengan nuansa tropis khas Indonesia.
Setiap bangunan menyimpan kisah unik, dari masa pemerintahan kolonial, pendudukan Jepang, hingga era kemerdekaan. Mari kita jelajahi satu per satu bangunan bersejarah yang menjadi saksi perjalanan panjang Kota Malang.
Menelusuri Bangunan Kolonial di Pusat Kota Malang yang Sarat Sejarah
Daftar Isi

Balai Kota dan Alun-alun Tugu
Terletak di Jl. Bundaran Tugu, Balai Kota Malang menjadi salah satu ikon kolonial paling terkenal di kota ini. Dibangun pada tahun 1927 dan mulai beroperasi pada September 1929, gedung ini merupakan hasil rancangan arsitek H.F. Horn dengan biaya pembangunan mencapai 287 ribu gulden.
Gaya arsitekturnya yang simetris dengan pilar besar dan atap curam mencerminkan keanggunan khas bangunan Eropa. Meski sudah berusia hampir satu abad, Balai Kota Malang masih mempertahankan bentuk aslinya dan berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Dari luar, kamu bisa menikmati keindahan fasadnya yang klasik, berpadu dengan taman hijau dan kolam air mancur di depan bangunan.
Baca juga: Cara Mengatur Itinerary Liburan 3 Hari agar Liburanmu Lebih Terencana dan Seru
Di seberang Balai Kota, berdiri Alun-alun Tugu, salah satu tempat paling ikonik di Malang. Awalnya, kawasan ini merupakan taman peninggalan Belanda yang dibangun untuk menghormati Gubernur Jenderal JP Coen, pendiri Batavia (Jakarta).
Setelah Indonesia merdeka, masyarakat setempat membangun tugu di tengah taman sebagai simbol perjuangan dan semangat kemerdekaan. Hingga kini, Alun-Alun Tugu menjadi ruang publik favorit untuk bersantai, berfoto, atau sekadar menikmati suasana kota di sore hari.
Gereja Ijen
Bangunan bersejarah berikutnya yang wajib kamu kunjungi saat menelusuri bangunan kolonial di pusat kota Malang adalah Gereja Katedral Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel, atau yang lebih dikenal dengan Gereja Ijen.
Terletak di Jl. Ijen, gereja ini dibangun pada tahun 1934 dan dirancang oleh arsitek L. Estourgie dengan gaya arsitektur neo-gothic.
Ciri khas gereja ini terletak pada menara tinggi, jendela kaca patri warna-warni, serta pintu kayu besar yang menambah kesan megah dan sakral. Hingga kini, Gereja Ijen masih berfungsi aktif sebagai tempat ibadah umat Katolik.
Setiap hari Minggu, suasana di sekitar gereja terasa khusyuk namun menenangkan, berpadu dengan rindangnya pepohonan di boulevard Jalan Ijen yang menjadi salah satu kawasan terindah di Malang.
Gereja Kayutangan
Masih di pusat kota, kamu juga bisa menemukan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, atau lebih dikenal dengan Gereja Kayutangan. Terletak di Jl. MGR Sugiopranoto No. 2, Kiduldalem, gereja ini dibangun pada tahun 1905 dan merupakan salah satu gereja tertua di Kota Malang.
Gaya arsitektur gereja ini sangat mencolok dengan dua menara tinggi setinggi 33 meter di bagian depan bangunan. Desain interiornya memadukan elemen klasik Eropa dengan nuansa hangat khas tropis, menjadikannya salah satu bangunan kolonial paling indah di Malang.
Hingga kini, Gereja Kayutangan masih aktif menjadi tempat ibadah dan juga daya tarik wisata religi yang kerap dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Gereja Immanuel
Tak hanya gereja Katolik, Malang juga memiliki bangunan Protestan bersejarah, yaitu GPIB Immanuel yang terletak di kawasan Klojen. Gereja ini didirikan pada 31 Oktober 1861, menjadikannya salah satu bangunan tertua di kota ini dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya.
Selama masa Perang Dunia II, gedung gereja sempat dialihfungsikan menjadi tempat Perkumpulan Kerohanian Kristen, dan pada masa pendudukan Jepang, digunakan sebagai gudang beras.
Setelah kemerdekaan, tepatnya pada 3 Desember 1948, seluruh aset jemaat Belanda diserahkan kepada GPIB Jemaat Malang. Sejak itu, gereja ini dikelola oleh pendeta dan jemaat Indonesia, menjadi simbol toleransi dan keharmonisan antarumat beragama di Kota Malang.
Wisma Tumapel
Salah satu bangunan kolonial lain yang menarik untuk dikunjungi adalah Wisma Tumapel. Gedung ini awalnya dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1928 sebagai hotel mewah. Namun, saat pendudukan Jepang tahun 1944, bangunan ini dialihfungsikan menjadi kantor pemerintahan.
Setelah Indonesia merdeka, pada 1950, Wisma Tumapel sempat dimiliki oleh Universitas Airlangga Surabaya, lalu beralih ke Universitas Negeri Malang (UM) pada tahun 1968.
Kini, bangunan ini masih berdiri kokoh dengan arsitektur khas kolonial dan sering dijadikan lokasi kegiatan kampus maupun penelitian sejarah. Keindahan arsitekturnya yang megah membuat banyak pengunjung datang hanya untuk berfoto atau menikmati suasana klasiknya.
Baca juga: 7 Spot Wisata Kuliner Malam Dekat Alun-alun Malang yang Selalu Ramai Pengunjung
Stasiun Kota Lama
Bangunan bersejarah terakhir dalam perjalanan menelusuri bangunan kolonial di pusat kota Malang adalah Stasiun Malang Kota Lama. Stasiun ini merupakan peninggalan masa Hindia Belanda, dibangun bersamaan dengan proyek jalur rel Bangil–Sengon–Lawang–Malang sepanjang 49 kilometer pada tahun 1878 dan selesai setahun kemudian.
Pembangunan jalur dan stasiun ini dilakukan oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik pemerintah kolonial Belanda. Meski sudah berusia lebih dari seabad, bangunan Stasiun Kota Lama masih mempertahankan bentuk aslinya dengan pintu gerbang jeruji besi berwarna hitam yang kontras dengan desain modern Stasiun Kota Baru.
Suasana klasik di stasiun ini memberikan kesan nostalgia yang kuat, seolah membawa kamu kembali ke masa lampau ketika kereta api menjadi simbol kemajuan teknologi di era kolonial.
Kalau kamu ingin menjelajahi bangunan-bangunan bersejarah ini tanpa repot mengatur transportasi, kamu bisa mengandalkan Nahwa Travel. Layanan travel Malang Surabaya dan travel Malang Juanda dari Nahwa Travel siap membawamu berkeliling dengan aman, nyaman, dan tepat waktu.
Dengan sopir profesional, armada bersih, serta jadwal fleksibel, Nahwa Travel memastikan perjalananmu menelusuri jejak sejarah Malang berjalan lancar dan menyenangkan. Jadi, siapkan kameramu dan nikmati sensasi menjelajahi pesona kolonial di jantung Kota Malang bersama Nahwa Travel!


